Oleh:
Ratih Purnamasari
Program
transmigrasi rezim Suharto pada tahun 1972 membawa keluarga Darmosuwito,
seorang Jawa, menuju dataran tinggi di Irian Jaya yang kala itu masih
didominasi hutan. Memboyong istri dan anaknya, Darmo berangkat ke Tanah Papua
dengan kapal motor penumpang yang disewa pemerintah, dikawal ABRI, dan mendarat
di Sorong, meleset dari dugaan awalnya Merauke.
Setelah
mendarat mereka digiring ke penampungan yang berhimpitan dengan kompleks
misionari, sebelum keesokan harinya diangkut truk menuju rumah-rumah panggung
yang jadi tempat tinggal selama bertahun-tahun berikut.Bersama ribuan kepala
keluarga Jawa waktu itu, Darmo resmi jadi transmigran, lalu dibagi-bagikan
tanah seluas lima setengah hektar untuk
digarap menjadi pekebunan atau lahan
tani. Selama hampir 20 tahun bertransmigrasi di Papua, Darmosuwito memutuskan
pulang ke kampungnya di Desa Karangrejek, Gunungkidul, Yogyakarta.Saya mewawancarai Darmosuwito di rumahnya sekitar awal Januari lalu, di mana dia bercerita panjang lebar soal program .... ingin melihat lebih banyak, download disini
diambil dari http://www.umm.ac.id/id/detail-400-tantangan-kependudukan-2015-opini-umm.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar